AFFAIR IN FACEBOOK

YINS N HEART:
Affair In A Facebook

Janee mengambil notebook untuk mengaktivasi internetnya. Setelah halaman FB-nya terbuka, untuk beberapa lama, Janee terdiam. Marline mendekat berusaha mengintip apa yang tengah diperhatikan Janee. Janee ternyata tengah membuka sebuah inbok dari Adgist…..
From: Adgist
To: Janee
Title: With Love
“Honey Janee, ever you think anyone? We are together in a nice home…there we are glad and make love… then we always together forever… are someone dreaming only? Or may be to realy? Why we so far?
Honey, my hope you fine… so only this letter that I can gave you to make you happy… My hot kisses, ADGIST”

“Adgist? Kau…?” seketika Marline terbelalak begitu melihat foto Adgist, “Ini foto asli Adgist?”
Janee mengangguk.
“Kau saling mengirim surat kencan dengan….,”
“Ya!” Janee menutup mulut Marline dengan satu telunjuknya. Marline terdiam dengan dua bola mata menatap Janee tanpa berkedip.
Janee menunduk. Rona wajahnya memerah. Bibirnya terkulum rapat tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. “Jadi ini alasan sebenarnya, kenapa kau…,”
Janee terdiam. Ada setetes ludah yang tertelan ke dalam tenggorokannya amat kering seketika. Janee tampak menulis sesuatu untuk Adgist. “Kau menikmati kencan semu sebagai lezss…?” bisik Marline dengan bibir yang nyaris merapat ke daun telinga Janee.
“I don’t know, Marline… I love Adgist since the first loves letter, she send me…,” jawab Janee merasuk.
“It is imposible, Janee! You are like find anyone for maked you had satisfaction in love…,” tepis Marline, “But, Why are you no honesty me if you had love affair with same gender?”
“Not the case…!” tepis Jane, “I cant understand if suddenly I am fall in a love in a facebook… I cant believe it… But It is realy…,”
“Realy for you maked run for a reality…” tukas Marline.
“Why?”
“You difficult for honest about your sex affair, and caused it you find your satisfaction for close your heart…,”
Kali ini Janee terdiam. Ia tampak begitu kusyu membalas inbox dari pujaan hatinya…
From: Janee
To: Adgist
Title: With Love
This is my lip to send only you for with hot kisses. Feel my tongue in your mouth… it make dance for our love… And you know, I love you too, without know wherever you live now. But I feel very near…
Honey, feel my heart… without for stop to love you…. JANEE.
“Janee, kau ternyata senang sekali hidup dalam sebuah mimpi….,” gerutu Marlene.
“Mimpi katamu? Adgist itu nyata…. Dia bukan mimpi… Dia menjanjikan akan menjemputku dan membawaku hidup bersamanya di sana…,”
“Kau bermimpi untuk hidup bersama Adgist di California, Janee?”
“Aku tidak mimpi…. Tapi itu rencana kami….,” wajah Janee penuh yakin.
“Kau? Kau tidak menyadari kalau kau terbawa arus mimpi kosong, Janee?” ungkap Marlene seraya mendongakkan dagu sahabat yang sudah seperti saudara kandungnya sendiri.
“Mimpi? Itu ‘kan menurut sudut pandangmu yang beranggapan kalau FB itu iseeng, haram, mengerikan, dan mimpi kosong…. Dan aku pemilik mimpi kosong itu orang gila di matamu ‘kan?” Janee tampak wajahnya sangat tersinggung.
Sejak hari itu, Janee bagai patung bisu. Ia tak pernah mau lagi diajak bicara, bahkan selalu terdiam dan menyendiri. Tak sampai di situ saja, di kantor pun, Janee selalu menghindari Marlene. Padahal mereka bekerja dalam satu ruangan. Berkali-kali Marlene berusaha memohon maaf…. Tapi Janee benar-benar tak peduli.*

Senin yang manis…. Sebuah meeting karyawan akhirnya memaksa Janee dan Marlene untuk bekerja sama. Bu Hermien, sebagai direksi tampak sudah dating untuk memimpin rapat.
“Okey…. Saudara-saudara…. Meeting kali ini akan terasa lebih istimewa…. Karena Direksi dari California akan berkenan untuk meninjau langsung preformen meeting kita dalam mengambil keputusan terhadap masalah perusahaan…. Apa lagi terakhhir, prospek perkembangan daya beli masyarakat terhadap produk kosmetik kita cukup luar biasa…. Sehingga tak heran jika perusahaan cabang di Indonesia ini akan dijadikan standar acuan bagi konsep pemasaran di Negara lainnya…” Bu Hermien kemudian duduk lagi. Dilanjutkan dengan menjelaskan topic bahasan inti dalam meeting.
Dalam kejap-kejap kekentalan suasana meeting, tiba-tiba pintu ruangan diketuk seseorang…..”Tok, tok, tok…..!”
Seorang karyawati yang kebetulan paling dekat dengan pintu, Janee, langsung berdiri membukakan pintu…. “Klekkkk!” Begitu pintu terbuka, “Kalkkkk!” sesosok wajah orang asing tampak dari arah pintu yang terbuka. Semua pasang sudut mata tertuju kepada sesosok wajah wanita berkulit bule dengan rambut pirang tergerai….
“Hallo… Misss…. You are coming more fast….. ,” Bu Hermien segera berdiri dan menggandeng wanita bule yang tubuhnya tinggi besar itu. Sementara Janee sejak pertama kedatangan wanita bule itu duduk dengan tatapan terkesima…. Kepalanya bagai seketika diingat sesosok wajah yang amat dekat dalam ingatannya….. Bahkan ketika wanita bule itu bersitatap dengan Janee…. Ia sempat memperhatikan wajah dan seluruh tubuh Janee dengan keterkejutan yang sama…..
“Sit down, please….,” Bu Hermien dengan sangat hormat mempersilahkan wanita bule yang ternyata perwakilan direksi dari California.
Dalam beberapa saat semua karyawan yang ada dalam meeting terlibat dalam sebuah pembicaraan serius. Terkecuali Janee yang tampak tidak berkonsentrasi sama sekali, bahkan terkesan salah tingkah sejak kedatangan wanita bule itu. Hingga akhirnya meeting pun berakhir, tampak Janee selalu tercenung-cenung sendiri. Apalagi wanita bule itu selama meeting berkali-kali seakan sengaja meneliti wajahnya.
Begitu meeting usai, Bu Hermien menuntun wanita bule itu ke ruang kantor pribadinya untuk terlibat dalam pembicaraan khusus. Janee tampak jauh lebih beku wajahnya ketimbang sebelumnya. Berkali-kali Marlene mencoba menggunakan kesempatan ini untuk mencairkan suasana di antara mereka yang sudah beku, tapi tak berhasil. Janee tetap mengobarkan perang dingin. Diam-diam, Marlene sendiri sebenarnya seperti pernah mengenal wanita bule itu tapi entah dimana…. Ya, mungkin saja wajah wanita bule terkadang samar satu sama lain dan boleh dibilang hamper mirip. Bias jadi itulah penyebabnya yang membuat Marlene serasa pernah mengenalnya.
Ketika Janee sedang terpaku-paku sendiri, tiba-tiba Bu Hermien masuk…. Ia tampak membisikkan sesuatu pada Janee. Marlene sebenarnya ingin sekali menanyakan apa yang dibisikkan Bu Hermien pada Janee…. Tapi suasana Janee yang terus mengobarkan perang dingin, membuat Marlene mengurungkan niatnya.
Janee ketika pulang kantor, ia tampak pergi ke suatu tempat. Sebenarnya Marlene ingin sekali mengikutinya, tapi ia takut kalau Jane tambah marah. Tapi entah mengapa, Marlene seakan merasakan ada sesuatu yang kurang beres terjadi pada Janee. Bagaimana pun, Janee adalah sahabat yang sudah seperti saudara kandungnya. Selama ini mereka selalu seia sekata berdua. Kecuali dalam satu hal mereka berbeda pendapat, yakni tentang facebook…. Dan karena facebook pulalah persahabatan mereka seketika pecah bagai berada di negeri entah berantah.
Begitu sampai di apartement, Marlene tampak gelisah. Hal yang tak seperti biasanya…. Suasana terasa makin sepi. Hari mulai berangkat malam, Marlene dengan gelisah menelentangkan tubuhnya di sofa….. tiba-tiba ia menyesal sudah menyinggung perasaan Janee…. Andai saja ia tidak dalam suasana perang dingin, pasti Janee akan berceritera banyak padanya….. tapi kali ini kekhawatirannya sia-sia saja….
Hari menjelang pagi…..Marlene tertidur pulas di sofa….. tiba-tiba Marlene dibawa dalam sebuah bayangan yang amat mencekam…. Sebuah ruang yang amat gelap, hampa suara, dan begitu mengerikan…… Marlene menyaksikan Janee menjauh…. Kian jauh…. Lantas berubah menjadi asap yang menghilang….. saat itulah kemudian Marlene menangis… terisak-isak…. Tiba-tiba ia merasakan kesedihan yang mendalam…. Bahkan teramat dalam….*

Tinggalkan komentar

Belum ada komentar.

Comments RSS TrackBack Identifier URI

Tinggalkan komentar